Cegah Bibit Terorisme Tumbuh di Kampus, Kemdiktisaintek Gandeng BNPT

Mengapa Kampus Jadi Fokus Pencegahan Terorisme?
Kampus merupakan ruang intelektual tempat lahirnya ide dan gagasan. Namun, di sisi lain, lingkungan kampus juga bisa menjadi target penyebaran ideologi radikal bila tidak dijaga dengan baik. Karena itulah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mengambil langkah strategis.
Untuk memperkuat pertahanan ideologis di kalangan mahasiswa, Kemdiktisaintek bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kolaborasi ini bertujuan menghalau penyebaran paham kekerasan dan intoleransi sejak dini.
Strategi Bersama: Vaksin Kebangsaan untuk Mahasiswa
Sebagai langkah konkret, kedua lembaga meluncurkan program “Vaksin Kebangsaan”. Melalui pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya diajak berpikir kritis, tetapi juga diperkaya dengan pemahaman yang seimbang tentang kebangsaan dan keagamaan.
Program ini memuat tiga pilar utama:
- Wawasan Kebangsaan, yang menguatkan nilai-nilai Pancasila;
- Moderasi Beragama, agar mahasiswa tidak mudah terjebak dalam ajaran ekstrem;
- Pelestarian Budaya Lokal, sebagai identitas perekat bangsa.
Dengan demikian, mahasiswa memiliki daya tahan terhadap provokasi ideologi kekerasan.
Implementasi Langsung di Kampus-Kampus
Tak hanya berhenti di tataran konsep, program ini telah masuk ke berbagai perguruan tinggi. Contohnya, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten sudah menandatangani perjanjian kerja sama resmi dengan BNPT.
Melalui perjanjian itu, kampus menyelenggarakan diskusi publik, pelatihan dosen, serta forum mahasiswa bertema anti-radikalisme. Bahkan, kegiatan penguatan ideologi kebangsaan kini menjadi bagian dari kurikulum pengembangan karakter.
Peran Aktif Dosen dan Mahasiswa
Dosen berperan sebagai garda terdepan dalam menyaring materi pembelajaran. Sementara itu, mahasiswa memegang peran penting sebagai agen penyebar nilai positif. Saat mahasiswa aktif menyuarakan toleransi, narasi kekerasan akan tenggelam.
Sebagai contoh, beberapa kampus telah membentuk komunitas anti-radikalisme berbasis literasi digital. Komunitas ini membagikan konten edukatif yang memperkuat semangat persatuan di media sosial.
Langkah Pemerintah: Serius dan Terukur
Kerja sama Kemdiktisaintek dan BNPT tidak bersifat reaktif, melainkan proaktif. Setiap tahun, mereka merancang program berbasis riset untuk mengetahui tren ideologi menyimpang di kalangan anak muda.
Lebih lanjut, pendekatan yang digunakan mengedepankan pendidikan daripada penindakan. Pemerintah percaya bahwa pencegahan melalui edukasi jauh lebih efektif dan berdampak jangka panjang.
Kesimpulan
Menangkal bibit terorisme di kampus bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tugas bersama seluruh elemen pendidikan. Kolaborasi Kemdiktisaintek dan BNPT membuktikan bahwa upaya pencegahan bisa dilakukan dengan pendekatan yang inklusif, edukatif, dan strategis.
Dengan keterlibatan aktif mahasiswa dan dosen, serta dukungan program “Vaksin Kebangsaan”, masa depan generasi muda Indonesia bisa lebih tahan terhadap racun ideologi kekerasan.