Business

Dedi Mulyadi Soroti Guru dan ASN Malas, Siapkan Program Barak Militer

Kebijakan Tegas Dedi Mulyadi untuk ASN dan Guru yang Tak Disiplin

Dedi Mulyadi kembali membuat gebrakan. Kali ini, ia menargetkan guru dan ASN yang malas bekerja untuk menjalani program pembinaan di barak militer. Tujuannya jelas: membentuk karakter disiplin dan etos kerja yang lebih kuat.

Langkah ini muncul karena Dedi melihat banyak pegawai negeri yang tidak menjalankan tugasnya secara maksimal. Ia menilai, pendekatan pembinaan yang biasa tidak lagi cukup. Oleh karena itu, ia mengambil jalan berbeda dengan metode barak.


Tujuan Program Barak Militer: Bukan Hukuman, tapi Pembinaan

Meskipun terkesan keras, Dedi menegaskan bahwa program ini bukan bentuk hukuman. Sebaliknya, ia ingin memperbaiki mentalitas kerja para pegawai. Melalui rutinitas ketat dan kedisiplinan tinggi di barak, ia berharap para peserta bisa berubah secara bertahap.

Selain itu, kegiatan di barak juga akan mencakup pelatihan kebugaran, kedisiplinan waktu, dan edukasi moral. Dengan kata lain, Dedi ingin menanamkan nilai kerja keras dan tanggung jawab melalui pembiasaan.


Bekerja Sama dengan TNI dan Polri untuk Program Ini

Untuk merealisasikan program ini, Dedi menggandeng TNI dan Polri. Kedua institusi ini sudah memiliki pengalaman dalam membina kedisiplinan melalui pelatihan fisik dan mental. Karena itu, ia merasa yakin kerja sama ini bisa memperkuat efektivitas program.

Sementara itu, pihak TNI pun menyambut baik inisiatif ini. Menurut Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, TNI siap mendukung program pembinaan selama tujuannya untuk membentuk SDM yang lebih bertanggung jawab dan berintegritas.


Respon Masyarakat dan Kritikus Pendidikan

Di sisi lain, kebijakan ini menuai beragam reaksi. Sebagian masyarakat menilai ide Dedi inovatif dan berani. Mereka melihat program ini sebagai cara konkret untuk mengatasi pegawai yang malas.

Namun, beberapa pengamat pendidikan memberikan catatan kritis. Misalnya, Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, menyarankan pendekatan berbasis kesadaran dan dialog, bukan pendekatan militeristik. Menurutnya, perubahan karakter lebih efektif jika datang dari pemahaman, bukan dari tekanan.


Penilaian Terakhir: Terobosan atau Kontroversi?

Meskipun menuai pro dan kontra, Dedi tetap berdiri teguh pada keputusannya. Ia menekankan bahwa pelayanan publik harus dijalankan oleh pegawai yang profesional dan disiplin. Kalau tidak, masyarakat akan terus menjadi korban dari sistem yang longgar.

Oleh sebab itu, program barak militer ini ia nilai sebagai solusi jangka panjang. Ia juga membuka ruang evaluasi dan penyesuaian jika dalam pelaksanaannya nanti ditemukan kendala.


Kesimpulan

Program pembinaan ala barak militer yang digagas Dedi Mulyadi menandai babak baru dalam reformasi pegawai negeri di Jawa Barat. Terlepas dari polemik yang muncul, langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memperbaiki kualitas pelayanan publik.

Selanjutnya, keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada pelaksanaan dan pengawasan yang konsisten. Masyarakat pun perlu terus memantau agar kebijakan ini benar-benar membawa perubahan yang nyata.